Monday, July 31, 2017

Alasan Zionis Israel Ingin Menghancurkan Masjidil Aqsha



Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Mereka berkeinginan untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha. Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut.

Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman. Tahun 70 M, tentara Kristen Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah. Hal itulah salah satu penyebab kaum fanatik Zionis menjadi teramat benci kepada umat Kristen.

Lalu pada saat wilayah ini masuk dalam kekuasaan Khalifah Islam, dihamparan wilayah itu dibangunlah Masjidil Aqsha oleh Umar bin Khattab. Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berada di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.

Masjid Al-Aqsha pada awalnya adalah rumah ibadah kecil, tetapi telah diperbaiki dan dibangun kembali oleh khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya Al-Walid pada tahun 705 Masehi.

Setelah gempa bumi tahun 746, masjid ini hancur seluruhnya dan dibangun kembali oleh khalifah Abbasiyah Al-Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al-Mahdi pada tahun 780. Gempa berikutnya pada tahun 1033 menghancurkan sebahagian besar Al-Aqsa, namun dua tahun kemudian khalifah Fatimiyyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali masjid ini yang masih tetap berdiri hingga kini.

Dalam berbagai renovasi berkala yang dilakukan, berbagai dinasti kekhalifahan Islam telah melakukan penambahan terhadap masjid dan kawasan sekitarnya, antara lain pada bagian kubah, fasad, mimbar, menara, dan interior bangunan. Ketika Tentara Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka menggunakan masjid ini sebagai istana dan gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin merebut kembali kota itu.

Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, Majelis Tinggi Islam, dan Yordania. Saat ini, Kota Lama Yerusalem berada di bawah pengawasan Israel, tetapi masjid ini tetap berada di bawah perwalian lembaga wakaf Islam pimpinan orang Palestina.

Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Pembakaran Masjid Al-Aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969 telah mendorong berdirinya Organisasi Konferensi Islam yang saat ini beranggotakan 57 negara. Pembakaran tersebut juga menyebabkan mimbar kuno Shalahuddin Al-Ayyubi terbakar habis. Dinasti Bani Hasyim penguasa Kerajaan Yordania telah menggantinya dengan mimbar baru yang menurut banyak sumber menyatakan bahwa mimbar itu adalah buatan dari Jepara-Indonesia.

Cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya. Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian.

Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya. Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dunia dan pemerintahan segala bangsa.

Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a.s, bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia. Namun hal ini masih menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.

Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, justru Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).

Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir...?

Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ada suatu upacara ritual khusus bagi Zionis untuk menyambut sang Messiah yang membutuhkan syarat-syarat khusus dalam upacara ritual tersebut. Oleh karena itu Presiden Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka. Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.

Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun. Daerah ini sekarang masih berada di tangan bangsa Palestina, sebab itulah maka kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.

Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen yang notabene telah menghancurkan Haikal Sulaiman rata dengan tanah. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem. Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.

Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan. Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri.

Sumber : Diolah dari berbagai sumber sejarah.

Sejarah Israel vs Palestina




Semua itu bisa d jelaskan kalau kmu tau sejarah Kaum Yahudi dan sejarah berdirinya 

konflik ini adalah konflik berkepanjangan yg telah berlangsung selam 60 tahun lebih.


di tilik dari awal mula penyebab konflik, intinya adalah perebutan wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.


Israel adalah negara yg didirikan untuk kaum Yahudi.
Kaum Yahudi adalah kaum yang tidak memiliki tanah air dan tersebar d seluruh penjuru dunia.
Karena kasus Holocoust yg dialami kaum yahudi oleh Nazi Jerman, d putuskan memberikan tempat bagi kaum yahudi untuk bertempat tinggal.



Setelah melalui proses yang amat panjang akhirnya pada 1948, kaum Yahudi memproklamirkan berdirinya negara Israel. Dengan kemerdekaan ini, cita-cita orang orang Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia untuk mendirikan negara sendiri, tercapai. Oleh Inggris mereka ditawarkan untuk memilih kawasan Argentina, Uganda, atau Palestina untuk ditempati, tapi mrk lebih memilih Palestina. Sejak awal Israel sudah tidak diterima kehadirannya di Palestina, bahkan di daerah mana pun mereka berada. Karena merasa memiliki keterikatan historis dengan Palestina, akhirnya mereka berbondong2 datang ke Palestina.


mengapa Palestina? sebenarnya konflik ini sangat berkaitan dg unsur Agama, para Yahudi, sangat ingin mengambil atao menempati Bukit Zion dan sekitarnya (daerah palestin, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerussalem timur) yg dikeramatkan dan d percaya oleh mereka bahwa tempat itu tempat suci tuhan mereka.


Dg datangannya bangsa Yahudi ke Palestina scr besar2an, Mulailah terjadi perampasan tanah milik penduduk Palestina oleh pendatang Yahudi. Pada masa inilah, perlawanan sporadis bangsa Palestina mulai merebak.
Berdasarkan perjanjian Sykes Picot tahun 1915 yang secara rahasia dan sepihak telah menempatkan Palestina berada di bawah kekuasaan Inggris. Dengan berlakunya sistem mandat atas Palestina, Inggris membuka pintu lebar-lebar untuk para imigran Yahudi dan hal ini memancing protes keras bangsa Palestina.



Aksi Inggris selanjutnya memberikan persetujuannya melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 agar Yahudi mempunyai tempat tinggal di Palestina.
Pada tahun 1947 mandat Inggris atas Palestina berakhir dan PBB mengambil alih kekuasaan. Resolusi DK PBB No. 181 (II) tanggal 29 November 1947 membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari penduduk Palestina. Mereka menggelar demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan PBB ini. Lain halnya yang dilakukan dengan bangsa Yahudi. Dengan suka cita mereka mengadakan perayaan atas kemenangan besar ini. Bantuan dari beberapa negara Arab dalam bentuk persenjataan perang mengalir ke Palestina.



Apa yang dilakukan Yahudi dalam merebut Palestina tidaklah terlepas dari dukungan Inggris dan Amerika. Berkat dua negara besar inilah akhirnya Yahudi dapat menduduki Palestina secara paksa walaupun proses yang harus dilalui begitu panjang dan sulit. Sejak 1918 hingga 1948, sekitar 600.000 orang Yahudi diperbolehkan menempati wilayah Palestina.
Tahun 1956, Gurun Sinai dan Jalur Gaza dikuasai Israel, setelah gerakan Islam di kawasan Arab dipukul dan Abdul Qadir Audah, Muhammad Firgholi, dan Yusuf Thol’at yang terlibat langsung dalam peperangan dengan Yahudi di Palestina dihukum mati oleh rezim Mesir. Dan pada tahun 1967, semua kawasan Palestina jatuh ke tangan Israel. Peristiwa itu terjadi setelah penggempuran terhadap Gerakan Islam dan hukuman gantung terhadap Sayyid Qutb yang amat ditakuti kaum Yahudi. Tahun 1977, terjadi serangan terhadap Libanon dan perjanjian Camp David yang disponsori oleh mendiang Anwar Sadat dari Mesir.



Akhirnya, terbentuklah HAMAS sebagai bentuk organisasi dari rakyat palestina yang ingin melepaskan wilayahnya dari kependudukan Israel dengan garis keras (mata d balas mata).
Jadi, pendek kata, Israel menyerang palestina untuk memperluas wilayahnya dan mendapatkan wilayah2 yg d inginkannya, termasuk Jalur Gaza.
dg alasan rohani (mengambil kembali daerah2 suci mrk) mereka menghalalkan segala cara biarpun harus membunuh orang2 tdk bersalah.



padahal, Yerussalem pun adalah kota suci bagi 3 agama, yakni Islam, Kristen dan Yahudi.
oleh para elite yahudi israel, kota suci ini d jadikan bagian dari negaranya. Padahal menurut PBB kota ini adalah Kota International karena memiliki kepentingan thdp beberapa agama.
Saat ini, bila kita ingin mengunjungi Yerusalem, sangat sulit karena d jaga ketat oleh Israel yg Merasa memilikinya.



sumber :  http://www.eryevolutions.co.cc/2010/06/asal-mula-pereng-israel-vs-palestina.html

Thursday, July 27, 2017

Mengetahui Asal "TAHLILAN"




Perintis, pelopor dan pembuka pertama penyiaran serta pengembangan Islam di Pulau Jawa adalah para ulama/mubaligh yang berjumlah sembilan, yang populer dengan sebuatan "WALI SONGO". Atas perjuangan mereka, berhasil mendirikan sebuah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa yang berpusat di Demak, Jawa Tengah.
Para ulama yang sembilan dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam di tanah Jawa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu dan Budha mendapat kesulitan dalam membuang adat istiadat upacara keagamaan lama bagi mereka yang telah masuk Islam.
Para ulama yang sembilan (Wali Songo) dalam menangguangi masalah adat istiadat lama bagi mereka yang telah masuk Islam terbagi menjadi dua aliran yaitu "ALIRAN GIRI" dan ALIRAN TUBAN.
ALIRAN GIRI adalah suatu aliran yang dipimpin oleh :
- Raden Paku (Sunan Giri) 
- Raden Rahmat (Sunan Ampel)
- Syarifuddin (Sunan Drajat)
Aliran ini dalam masalah ibadah sama sekali tidak mengenal kompromi dengan ajaran Budha, Hindu, keyakinan animisme dan dinamisme. Orang yang dengan suka rela masuk Islam lewat aliran ini, harus mau membuang jauh-jauh segala adat istiadat lama yang bertentangan dengan syari’at Islam tanpa reserve. Karena murninya aliran dalam menyiarkan dan mengembangkan Islam, maka aliran ini disebut "ISLAM PUTIH".
Adapun ALIRAN TUBAN adalah suatu aliran yang dipimpin oleh :
- R.M. Syahid (Sunan Kalijaga)
- Sunan Bonang
- Sunan Muria
- Sunan Kudus
- Sunan Gunung Djati
Aliran ini sangat moderat, mereka membiarkan dahulu terhadap pengikutnya yang mengerjakan adat istiadat upacara keagamaan lama yang sudah mendarah daging sulit dibuang, yang penting mereka mau memeluk Islam. Agar mereka jangan terlalu jauh menyimpang dari syari’at Islam. Maka para wali aliran Tuban berusaha agar adat istiadat Budha, Hindu, Animisme dan Dinamisme diwarnai keislaman. Karena moderatnya aliran ini maka pengikutnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengikut aliran Giri yang “radikal”. aliran ini sangat disorot oleh aliran Giri karena dituduh mencampur adukan syari’at Islam dengan agama lain. Maka aliran ini dicap sebagai aliran "ISLAM ABANGAN".
Dalam ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Kitab "Brahmana". Sebuah kitab yang salahsatu isinya tentang Upacara menghormati roh-roh untuk menghormati orang yang telah mati (nenek moyang) ada aturan yang disebut Yajna Besar dan Yajna Kecil.
Yajna Besar dibagi menjadi dua bagian yaitu :

-  Hafiryayajna  (upacara untuk semua orang)
Somayjna (upacara khusus untuk orang-orang tertentu)


Hafiryayajna terbagi menjadi empat bagian yaitu : 
- Aghnidheya
- Pinda Pitre Yajna
- Catur masya
- Aghrain
Dari empat macam tersebut ada satu yang sangat berat dibuang sampai sekarang bagi orang yang sudah masuk Islam adalah upacara Pinda Pitre Yajna yaitu suatu upacara menghormati roh-roh orang yang sudah mati.
Dalam upacara Pinda Pitre Yajna, ada suatu keyakinan bahwa manusia setelah mati, sebelum memasuki karman, yakni menjelma lahir kembali kedunia ada yang menjadi dewa, manusia, binatang dan bahkan menjelma menjadi batu, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain sesuai dengan amal perbuatannya selama hidup, dari 1-7 hari roh tersebut masih berada dilingkungan rumah keluarganya. Pada hari ke 40, 100, 1000 dari kematiannya, roh tersebut datang lagi ke rumah keluarganya. Maka dari itu, pada hari-hari tersebut harus diadakan upacara saji-sajian dan bacaan mantera-mantera serta nyanyian suci untuk memohon kepada dewa-dewa agar rohnya si fulan menjalani karma menjadi manusia yang baik, jangan menjadi yang lainnya.
Pelaksanaan upacara tersebut diawali dengan aghnideya, yaitu menyalakan api suci (membakar kemenyan) untuk kontak dengan para dewa dan roh si fulan yang dituju. Selanjutnya diteruskan dengan menghidangkan saji-sajian berupa makanan, minuman dan lain-lain untuk dipersembahkan ke para dewa, kemudian dilanjutkan dengan bacaan mantra-mantra dan nyanyian-nyanyian suci oleh para pendeta agar permohonannya dikabulkan.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka Para Walisongo mengadakan musyawarah antara ALIRAN GIRI dan TUBAN. Dalam musyawarah tersebut Sunan Kalijaga selaku Ketua aliran Tuban mengusulkan kepada majlis musyawarah agar adat istiadat lama yang sulit dibuang, termasuk didalamnya upacara Pinda Pitre Yajna dimasuki unsur keislaman.
Usulan tersebut menjadi masalah yang serius pada waktu itu sebab para ulama (wali) tahu benar bahwa upacara kematian adat lama dan lain-lainnya sangat menyimpang dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Mendengar usulan Sunan Kali Jaga yang penuh diplomatis itu, Sunan Ampel selaku penghulu para wali pada waktu itu dan sekaligus menjadi ketua sidang/musyawarah mengajukan pertanyaan sebagai berikut :

"Apakah tidak dikhawatirkan dikemudian hari adat yang dimasuki unsur keislaman itu nanti akan dianggap sebagai ajaran Islam, sehingga kalau demikian nanti apakah hal ini tidak akan menjadikan bid'ah"?.
Pertanyaan Sunan Ampel tersebut kemudian dijawab oleh Sunan Kudus sebagai berikut :
"Saya sangat setuju dengan pendapat Sunan Kali Jaga".


Sekalipun Sunan Ampel, Sunan Giri, dan Sunan Drajat sangat tidak menyetujui, akan tetapi mayoritas anggota musyawarah menyetujui usulan Sunan Kali Jaga, maka hal tersebut berjalan sesuai dengan keinginannya. Mulai saat itulah secara resmi berdasarkan hasil musyawarah, upacara dalam agama Hindu yang bernama Pinda Pitre Yajna dilestarikan oleh orang-orang Islam aliran Tuban yang kemudian dikenal dengan nama nelung dino, mitung dina, matang puluh, nyatus, dan nyewu.

Dari akibat lunaknya aliran Tuban, maka bukan saja upacara seperti itu yang berkembang subur, akan tetapi keyakinan Animisme dan Dinamisme serta upacara-upacara adat lain ikut berkembang subur. Maka dari itu tidaklah heran muridnya Sunan Kali Jaga sendiri yang bernama "Syekh Siti Jenar" merasa mendapat peluang yang sangat leluasa untuk mensinkritismekan ajaran Hindu dalam Islam. Dari hasil olahannya, maka lahir suatu ajaran klenik/aliran kepercayaan yang berbau Islam. Dan tumbuhlah apa yang disebut "Manunggaling Kaula Gusti" yang artinya Tuhan menyatu dengan tubuhku. Maka tatacara untuk mendekatkan diri kepada Allah lewat shalat, puasa, zakat, haji dan lain sebagainya tidak usah dilakukan.

Sekalipun Syekh Siti Jenar berhasil dibunuh, akan tetapi murid-muridnya yang cukup banyak sudah menyebar dimana-mana. Dari itu maka kepercayaan seperti itu hidup subur sampai sekarang.

Keadaan umat Islam setelah para wali meninggal dunia semakin jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. Para Ulama aliran Giri yang terus mempengaruhi para raja Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk menegakkan syari'at Islam yang murni mendapat kecaman dan ancaman dari para raja Islam pada waktu itu, karena raja-raja Islam mayoritas menganut aliran Tuban. Sehingga pusat pemerintahan kerajaan di Demak berusaha dipindahkan ke Pajang agar terlepas dari pengaruh para ulama aliran Giri.

Pada masa kerajaan Islam di Jawa, dibawah pimpinan raja Amangkurat I, para ulama yang berusaha mempengaruhi keraton dan masyarakat, mereka ditangkapi dan dibunuh/dibrondong di lapangan Surakarta sebanyak 7.000 orang ulama. Melihat tindakan yang sewenang-wenang terhadap ulama aliran Giri itu, maka Trunojoyo, Santri Giri berusaha menyusun kekuatan untuk menyerang Amangkurat I yang keparat itu.

Pada masa kerajaan dipegang oleh Amangkurat II sebagai pengganti ayahnya, ia membela, dendam terhadap Truno Joyo yang menyerang pemerintahan ayahnya. Ia bekerja sama dengan VOC menyerang Giri Kedaton dan semua upala serta santri aliran Giri dibunuh habis-habisan, bahkan semua keturunan Sunan Giri dihabisi pula. Dengan demikian lenyaplah sudah ulama-ulama penegak Islam yang konsekwen. Ulama-ulama yang boleh hidup dimasa itu adalah ulama-ulama yang lunak (moderat) yang mau menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat yang ada. maka bertambah suburlah adat-istiadat lama yang melekat pada orang-orang Islam, terutama upacara adat Pinde Pitre Yajna dalam upacara kematian.

Keadaan yang demikian terus berjalan berabad-abad tanpa ada seorang ulamapun yang muncul untuk mengikis habis adat-istiadat lama yang melekat pada Islam terutama Pinda Pitre Yajna. Baru pada tahun 1912 M, muncul seorang ulama di Yogyakarta bernama K.H. Ahmad Dahlan dengan mendirikan "Muhammadiyyah" yang berusaha sekuat kemampuannya untuk mengembalikan Islam dari sumbernya yaitu Al Qur'an dan As Sunnah, karena beliau telah memandang bahwa Islam dalam masyrakat Indonesia telah banyak dicampuri berbagai ajaran yang tidak berasal dari Al Qur'an dan Al Hadits, dimana-mana merajalela perbuatan khurafat dan bid'ah sehingga umat Islam hidup dalam keadaan konservatif dan tradisional.

Munculnya K.H. Ahmad Dahlan bukan saja berusaha mengikis habis segala adat istiadat Budha, Hindu, animisme, dinamisme yang melekat pada Islam, akan tetapi juga menyebarkan fikiran-fikiran pembaharuan dalam Islam, agar umat Islam menjadi umat yang maju seperti umat-umat lain. Akan tetapi aneh bin ajaib, kemunculan beliau tersebut disambut negatif oleh sebagian ulama itu sendiri, yang ternyata ulama-ulama tersebut adalah ulama-ulama yang tidak setuju untuk membuang beberapa adat istiadat Budha dan Hindu yang telah diwarnai keislaman yang telah dilestarikan oleh ulama-ulama aliran Tuban dahulu, yang antara lain upacara Pinda Pitre Yajna yang diisi nafas Islam, yang terkenal dengan nama upacara nelung dina, mitung dina, matang dina, nyatus, dan nyewu.

Selang 14 tahun yaitu pada tahun 1926 ulama besar Indonesia K.H Hasyim Asy'ari dan para ulama lainnya bangkit dengan didirikannya organisasi yang diberi nama "Nahdhatul Ulama" (Kebangkitan Ulama) yang disingkat NU. Pada muktamarnya di Makasar NU mengeluarkan suatu keputusan yang antara lain :

"Setiap acara yang bersifat keagamaan harus diawali dengan bacaan tahlil yang sistimatikanya seperti yang kita kenal sekarang di masyarakat".

Keputusan ini nampaknya benar-benar dilaksanakan oleh orang NU. Sehingga semua acara yang bersifat keagamaan diawali dengan bacaan tahlil, termasuk acara kematian. Mulai saat itulah secara lambat laun upacara Pinda Pitre Yajna yang diwarnai keislaman berubah nama menjadi "Tahlilan" sampai sekarang.

Sesuai dengan sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, maka istilah tahlilan dalam upacara kematian hanya dikenal di Jawa saja. Di pulau-pulau lain seluruh Indonesia tidak ada acara ini. Seandainya ada pun hanya sebagai rembesan dari pulau Jawa saja. Apalagi di negara-negara lain seperti Arab, Mesir, dan negara-negara lainnnya diseluruh dunia sama sekali tidak mengenal upacara tahlilan dalam kematian ini.

Dengan sudah mengetahui sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian yang terurai diatas, maka kita tidak akan lagi mengatakan bahwa upacara kematian adalah ajaran Islam, bahkan kita akan bisa mengatakan bahwa orang yang tidak mau membuang upacara tersebut berarti melestarikan salah satu ajaran agama Hindu. Orang-orang Hindu sama sekali tidak mau melestarikan ajaran Islam, bahkan tidak mau kepercikan ajaran Islam sedikitpun. Tetapi kenapa kita orang Islam justru melestarikan keyakinan dan ajaran mereka.


Mari kita mengerjakan sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yg sudah jelas terang benderang kenapa harus ditambah-tambahin/mengada-ada. Mereka beranggapan ajaran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih kurang sempurna.

Mudah-mudahan setelah kita tahu sejarah lahirnya tahlilan dalam upacara kematian, kita mau membuka hati untuk menerima kebenaran yang hakiki dan kita mudah-mudahan akan menjadi orang Islam yang konsekwen terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. Aaamiiin ....




Daftar Literatur
1. K.H. Saifuddin Zuhn, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Al Ma'arif Bandung 1979
2. Umar Hasyim, Sunan Giri, Menara Kudus 1979
3. Solihin Salam, Sekitar Wali Sanga, Menara Kudus 1974
4. Drs. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, Ab.Siti Syamsiyah Solo 1977
5. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, Tri Karya, Jakarta 1961
6. Hasil wawancara dengan tokoh Agama Hindu.
7. A. Hasan, Soal Jawab, Diponegoro Bandung 1975

Amalan Umat Islam Yang Bersumber Dari Ajaran Hindu












Banyak tradisi di beberapa lingkungan masyarakat Islam khususnya di Indonesia yang sebenarnya tidak diajarkan dalam Islam. Tradisi tersebut sudah menjadi kepercayaan Umat Islam di Indonesia, bahkan apabila tidak dikerjakan ada istilah "PAMALI" karna takut dengan istilah tersebut akhirnya kita mengerjakannya yang ternyata bukan bersumber dari agama Islam, tetapi bersumber dari agama Hindu. Agar lebih jelasnya dan agar umat Islam tidak tersesat, ini beberapa hal yang seolah-olah bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber dari agama Hindu.

1. Tentang Wanita Hamil

Selama bayi dalam kandungan dibuatkan tumpeng selamatan (telonan, tingkepan). [Hal ini] terdapat dalam kitab Upadesa hal. 46. Dan setelah bayi lahir, ari-ari[nya] terlebih dahulu dibersihkan dan dicampurkan dengan bunga, dan kemudian dimasukkan dalam kelapa/kendil untuk kemudian ditanam. Bila perempuan di kiri pintu, bila laki-laki di kanan pintu dan diadakan genduri (sepasar, selapan, telonan, dst)
Tentang bunga Putih : Dewa Brahma, Merah : Dewa Wisnu, Kuning : Dewa Syiwa

2. Tentang Pujian

Yakni yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat]Terdapat pada kitab Rig Weda hal. 10 :”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia sustutim” Artinya : ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa Indra Yang Perkasa’.
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Alah :”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’roof[7] : 205). Periksa juga 7 : 55, 19 : 1,2,3.

3. Acara Kematian 7, 40, 100, 1000

Kita mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Disini kami mengajak anda untuk mengkaji permasalahan ini secara praktis dan ilmiah.
Setelah diteliti ternyata amalan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran, Hadits (sunah rasul) dan juga Ijma Sahabat, malah kita bisa melacaknya dikitab-kitab agama hindu.
Disebutkan bahwa kepercayaan yang ada pada sebagian ummat Islam, orang yang meninggal jika tidak diadakan selamatan (kenduri : 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari dst, /red) maka rohnya akan gentayangan adalah jelas-jelas berasal dari ajaran agama Hindu. Dalam agama Hindu ada syahadat yang dikenal dengan Panca Sradha (Lima Keyakinan). Lima keyakinan itu meliputi percaya kepada :
- Sang Hyang Widhi
- Roh leluhur
- Karma Pala
- Samskara dan 
- Moksa 
Dalam keyakinan Hindu roh leluhur (orang mati) harus dihormati karena bisa menjadi dewa terdekat dari manusia [Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192]. Selain itu dikenal juga dalam Hindu adanya Samskara (menitis/reinkarnasi).
Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang berbunyi : 
“Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu".
Dalam buku media Hindu yang berjudul : “Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal” karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan : “Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu.”
Telah jelas bagi kita pada awalnya ajaran ini berasal dari agama Hindu, kalo memang awalnya dari ajaran hindu terus yang jadi pertanyaan : lantas awalnya dari mana umat islam di indonesia mulai mencampurkan ajaran-ajaran islam kedalam ritual ini? 
Dengan cara menyusun rangkaian wirid-wirid dan doa-doa serta pembacaan Surat Yasin yang kita kenal dengan istilah "TAHLILAN" kepada si mayit dan dipadukan dengan ritual-ritual selamatan pada hari ke 7, 40, 100, dan 1000 yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Apakah mencampur-campur ajaran seperti ini diperbolehkan??
Lalu apakah kita lebih memegang perkataan nenek moyang kita daripada apa-apa yang di turunkan Allah kepada RasulNya?
Allah berfirman :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ
”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS Al Baqoroh ayat 170).
Allah berfirman :
وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya” (QS Al Baqarah : 42).
Allah subhanahu wa ta’ala menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia itu lebih pintar dari Allah???
Selanjutnya Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”.[QS. Albaqoroh : 208].
Allah menyuruh kita dalam berislam MENYELURUH, tidak setengah-setengah…
TIDAK SETENGAH HINDU…SETENGAH ISLAM…



Perhatian :
Tulisan ini bertujuan untuk saling menasehati sebagian kaum muslimin yang masih terjatuh pada amaliyah yang tidak memiliki dasar sama sekali dari Islam, bukan untuk mendiskreditkan agama lain, bukan karena pada sisi mereka (yang di luar Islam) ada kebenaran, justru pada mereka terdapat pokok-pokok kesesatan, yang kaum muslimin awam pun insya Allah mengetahuinya, dan telah jelas-jelas berbeda sumber aqidahnya. 
Barakallahu Lii Wa Lakum ...



Alasan Zionis Israel Ingin Menghancurkan Masjidil Aqsha

Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Mereka berkeinginan untuk membangun kembali Haikal...